Saturday, October 22, 2011

I'm Gonna Be Taught


hello~
Sekitar 2 minggu lalu, kelasku dikasih tugas bikin majalah kelas gitu buat nilai BIN. Tenang guys, kami gak disuruh bikin majalah yasin apalagi majalah porno kok. Kami disuruh bikin majalah remaja gitu. Isinya harus macem-macem. Mulai dari artikel wisata, agama, cerpen, dll. Karena aku percaya diri dalam hal menulis, aku milih bikin cerpen aja deh. Tapi ternyata cerpennya gak boleh pake bahasa non-formal! Harus formal men! Padahal aku cuma bisa bikin tulisan gak jelas kayak gini. Nulis tulisan formal tuh rasanya beda banget sama nulis-nulis biasa. Tapi untung aja karena otak gue hasil cangkok sama otaknya Pakde Newton, Alhamdulilah cerpen gue jadi. Tema cerpen gue kisah misteri horor-horor gitu. Cuma gue heran aja.. Temen gue bukannya ketakutan pas baca cerpenku, mereka malah ketawa! Entah karena nama tokoh atau muka pengarangnya, mereka ketawa.. 

Cek this out aja deh ya yang mau baca..

Selamat Jalan, Kawan

Seperti pelajar pada umumnya, di Hari Rabu ini aku bersekolah. Aku  adalah salah satu siswa di SMAN 69 Jakarta Timur. Aku merupakan siswa baru di sekolah yang sudah ada sejak Tahun 1980 ini. Dahulu aku adalah siswa yang dikeluarkan dari sekolahku sebelumnya di Bandung  karena terlibat kasus tawuran antar sekolah. Oleh sebab itulah aku mendaftar di SMAN 69 sebagai murid baru. 


Di sekolahku yang baru ini, aku belum mempunyai banyak teman. Mungkin ini karena  perwatakanku di masa lalu yang terkenal ‘nakal’ telah diketahui oleh seluruh siswa SMAN 69 sehingga para siswa enggan berteman denganku. Padahal, aku sudah bertobat dan berjanji tidak akan menjadi anak ‘nakal’ lagi. Namun, para siswa SMAN 69 telah terlanjur menganggapku sebagai murid pindahan yang bengal. Apa boleh buat. Mungkin ini adalah karma dari hal buruk yang telah kuperbuat di masa lalu.


Siang itu, aku berjalan menuju kantin sendirian. Namun karena aku belum hafal tata letak sekolah, aku malah tersasar ke sebuah gudang tua di belakang sekolah. Gudang ini terlihat sangat menyeramkan. Karena penasaran dengan gedung ini, tanpa sadar langkahku tertuju masuk ke dalam gudang tersebut. Betapa terkejutnya aku sesampainya di dalam gudang, aku terbelalak dan hampir tak percaya dengan peristiwa yang kulihat. “Tolong saya! Uhuk uhuk!” salah seorang siswa berteriak. Dan yang membuatku terkejut adalah siswa tersebut berteriak dalam keadaan melayang di udara. Ternyata siswa tersebut bernama Bisma yang merupakan teman sekelasku. Namun, rintihan dan teriakan dari Bisma tidak dihiraukan  karena tidak ada seorang pun yang berada di dalam gudang gelap ini.


 “Astaga! Tunggu! Aku akan menolongmu!” aku berteriak. Tongkat pramuka yang berada di pojok pintu segera kuraih dan kuulurkan ke arah Bisma. “Pegang tongkat ini! Aku akan menarikmu!” ucapku yang  berada tepat di bawah Bisma. Bisma pun dapat meraih tongkat dariku dan aku menariknya sekuat tenaga. Bisma terjatuh dan menimpaku. “Hei! Apa sebenarnya yang baru saja terjadi!? Bagaimana mungkin kamu bisa melayang di udara!?” tanyaku sambil mencoba untuk berdiri. “Terima kasih sebelumnya. Namun, aku belum bisa menjelaskan bagaimana peristiwa barusan terjadi.” jawab Bisma yang  terengah-engah dan masih dalam keadaan setengah sadar. 


“Ayo ikut aku!” Bisma menarik lenganku dan berlari menjauhi gudang ini. Aku hanya bisa mengikuti langkah Bisma yang tengah berlari seraya menarik lengaku. Aku dan Bisma berlari menuju ke arah perpustakaan. Selama Bisma menarik lenganku, aku dapat merasakan tangan Bisma yang semakin dingin. Wajahnya pucat dan terlihat lemas. Akhirnya kami tiba di perpustakaan. 


 “Kenapa kau tiba-tiba menarik lenganku dan berlari ke sini!? Kau teman sekelasku yang bernama Bisma kan? Sebenarnya apa yang barusan terjadi?” tanyaku sesampainya di perpustakaan. “Iya. Aku Bisma. Dan kamu murid pindahan dari  Bandung itu bukan? Sebelumnya aku ingin berterima kasih kepadamu karena telah menolongku.  Baiklah, karena perpustakaan ini sedang sepi, aku akan menceritakan kejadian yang menimpaku barusan.” Bisma memulai bercerita.


Namun, aku melihat kejanggalan yang terdapat pada leher Bisma. Di lehernya terdapat bekas luka cekik yang terlihat jelas. “Tunggu dulu. Mengapa lehermu terdapat luka seperti itu? Apa itu ada kaitannya dengan kejadian barusan?” tanyaku yang semakin penasaran. Bisma meraba lehernya. Ia memandangku dengan sinis seakan-akan tidak mengizinkanku untuk bertanya lebih lanjut. “Hei, jika kamu ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi, temuilah aku di gudang tadi saat jam pulang.” Bisma berbisik dan keluar dari perpustakaan dengan segera.


Aku masih penasaran dengan kejadian yang kualami dengan Bisma. Oleh karena itu, aku bertekad akan menemui Bisma dan menanyakan apa sebenarnya yang telah terjadi. Sepulang sekolah, aku menjumpai Bisma yang sedang duduk sendirian di depan pintu gudang tua tadi. Saat itu jam menunjukkan angka 5 sore. Aku pun segera mendekati Bisma dan memulai bertanya. “Hei, ceritakanlah semua yang kamu ketahui!” perintahku kepada Bisma. Bisma hanya diam. Ia lalu menuntunku masuk ke dalam gudang. “Lihatlah apa yang akan yang kamu lihat dan jangan banyak berbicara.” Bisma menatapku tajam.


Di dalam gudang aku melihat seorang siswa yang berdiri membelakangiku. Namun karena penerangan di ruangan ini sangat minimalis, aku tidak dapat mengenali sosok siswa itu. Tiba-tiba siswa tersebut dicekik oleh seorang guru yang kukenal. Beliau adalah Pak Tarno, wali kelasku yang terkenal pendiam. Aku terkejut dan berlari menuju ke arah mereka. “Jangan mendekat! Kamu cukup melihatnya saja!” pekik Bisma sambil menarik lenganku. 


Aku tidak bisa bergerak karena langkahku tertahan oleh Bisma. Menyaksikan guru mencekik siswa, hanya itulah yang dapat kulakukan. Siswa tersebut perlahan-lahan menjadi lemas dan akhirnya terjatuh. Pak Tarno terlihat panik dan menyembunyikan mayat siswa itu di balik tumpukan kardus. Tiba-tiba Pak Tarno menghilang dengan sekejap saat aku mengedipkan mataku. Namun aku tidak menghiraukannya. Tanpa berpikir panjang, aku segera melepaskan diri dari genggaman Bisma lalu berlari ke arah mayat tersebut. Betapa terkejutnya aku ketika sesosok mayat yang terkulai itu adalah Bisma! Saat aku menoleh ke belakang, aku melihat Bisma yang tersenyum dari kejauhan dan tiba-tiba menghilang. Karena kaget, aku  pingsan dan tidak sadarkan diri.


Esoknya aku terbangun di UKS sekolah. Dengan keadaan lemas, aku bertanya pada perawat yang berada di sampingku. Ternyata pagi tadi seorang satpam menemuiku dalam keadaan pingsan dan segera melarikanku ke UKS. Orang tuaku tidak mengetahui kejadian yang menimpaku karena mereka bekerja di Bandung. Dan aku berharap kejadian kemarin hanyalah sebatas mimpi.


Siangnya, aku melihat keramaian di ruang guru. 4 orang polisi menangkap salah seorang guru. Dan guru tersebut adalah Pak Tarno! Ternyata Pak Tarno adalah tersangka pembunuhan siswanya yang bernama Bisma dan ia pun digiring ke kantor polisi untuk ditindaklanjuti. Satpam yang berada di sebelahku menjelaskan bahwa Pak Tarno telah membunuh Bisma 2 hari yang lalu dan baru terungkap siang ini. Bulu kudukku bergidik. Peristiwa yang kusaksikan kemarin ternyata benar-benar nyata. Bisma yang kutemui kemarin mungkin adalah arwah penasaran yang menginginkanku untuk mengetahui kisah kematiannya. “Bisma, semoga sekarang arwahmu tenang di alam sana.” ucapku dalam hati.



That's all. Maaf kalo jelek. Maklumlah pemula..
Itu aslinya ceritanya bisa kuperpanjang bahkan kubikin setebel novel. #serius
Cuma karena deadline waktu sama batasnya cuma 2 halaman, yaudah kupersingkat aja. Makanya tuh endingnya maksa banget sama isi ceritanya. Ndak ada urusan~

Oiya nih, ngomong-ngomong soal hal mistis, sekitar 2 minggu lalu aku dikasih tau temenku kalo aku diikutin setan. Iya, waktu itu kami rame-rame jalan ke cafe singapur mau makan. Cuma gak jadi aja gara-gara tuh cafe udah dipesen sama orang yang ada acara. Nah pas kami masuk ke mobil buat pergi, temenku ini liat ada kuntilanak ngikutin aku. Memang sih aku nggak percaya, cuma temenku ini emang matanya bisa ngeliat setan gitu. Pas pulang dan udah sampe rumah, beneran deh leherku terasa panas. Panas banget kayak habis diolesin balsem. Padahal kakiku aja kedinginan karena cuaca pas itu emang lagi dingin. Aslinya ada kejadian gila lagi pas aku mau pergi tidur. Cuma males ah aku ceritain, takutnya aku merinding lagi nih..

Oiya, aku jadi inget kalo dulu pernah ada yang nyindir keapesanku yang kutulis di blog. Ahaha. Dia (cewek) ngobrol gini di sampingku, "Eh eh, tau nggak sih kalo ada anak YPK yang tititnya mau dioperasi gara-gara maicih."
Mendengar sindiran frontal dari cewek ini bikin aku pengen nanya, "Eh mbak, belum pernah ngerasain santet Jawa ya? Kebetulan lho malem ini aku mau ke dukun."


Ternyata ada juga ya yang suka ngegosipin keapesan gue. Pantesan kupingku sering 'nguing-nguing' melulu. Gak taunya ada yang suka ngomongin toh. *ngusap air mata pake sunlight*

Ahaha. Tapi gak papa deh, kuanggap itu pujian karena udah nyempetin mampir baca-baca di blogku :)
Aku tau kok kamu nyindir aku gara-gara postingan yang ini here :D


Lagi musim Try Out gini, gue selalu ngerjain pake pena ajaib. Dijamin nilai Try Out-mu dapet 100 kalo jawabannya bener semua :)

Bubaaay~


No comments:

Post a Comment